background

Pray alone it doesn’t mean God less hear my prayer

written for Pearl Ed. 17


Problem yang sering dialami para single adalah merasa sendiri, serasa orang paling di dunia karena status singlenya. Dalam menghadapi masalah, yang mungkin timbul pemikirian “coba kalau punya pasangan yang bisa saling setia mendukung dan berdoa bareng.” Seakan-akan kalau punya pasangan hidup, akan lebih mudah menghadapi permasalahan dan mengambil beberapa ayat untuk mendukung perasaan kesendiriannya seperti di Pengkhotbah 4:9  “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.”  Dari ayat ini timbul pemikiran berdoa itu harus berdua supaya lebih afdol, lebih ampuh. Kalau seperti itu kebenarannya, berarti buat para single lebih lama donk kejawab doanya karena doanya sendirian, hehehe... Apa iya, ga kan?

Apa alasan anda bersyukur?

Bersyukur artinya berterima kasih kepada Tuhan atas kondisi kita, menerima keadaan ini apa adanya, what else? Mengakui , menyadari bahwa itu semua karena kedaulatan, kebaikan dan kemurahanNya.

Apakah bersyukur itu mudah? Mudah diucapkan, tapi tidak mudah diucapkan dengan hati dan tidak mudah dilakukan. Saya sendiri tidak selalu biasa langsung mengucap syukur, ego dan logika saya bisa main. Kenapa ya saya bisa seperti itu? Itu karena saya merasa keadaan tidak seperti yang saya harapkan, impikan, dibawah standard keinginan saya. Tapi satu sisi saya bisa sangat mengucap syukur banget-banget pada Tuhan, klo semua berjalan sesuai rencana, apalagi mendapatkan lebih dari apa yang saya mau.
Jadi motivasi saya bersyukur bukan 100% karena Tuhan.
 
Apa kebenaran alasan mengucap syukur?

Surga di Bumi

Written for Build December 2014 THE CORE


Melanjuti post sebelumnya Esensi Surga

Pernakah Anda bertanya pada diri anda diri sendiri dan merenungkan alasan mengapa Anda menjadi seorang Kristen?” 

Setiap orang punya tentu punya jawaban serta penjelasannya sendiri.  Buat saya pribadi menjadi Kristen adalah sebuah pilihan berdasarkan apa yang saya yakini tentang apa yang Allah lakukan lewat penebusan Kristus yang sempurna. Dan apa yang saya percayai ini, menjadi dasar untuk saya menjalani kesempatan yang Tuhan kasih di selama saya di dunia. 

Semakin mengenal Tuhan dan kebenaranNya sungguh merubah cara berpikir saya dalam cara saya menjalani hidup, yang paling kentara adalah tentang pusat hidup saya selama ini, dari yang tidak jelas bergantung pada siapa, menjadikan Dia inti dan pusat dari seluruh hidup saya. Karena pribadiNya yang benar-benar hidup, dan apa yang tertulis dalam Alkitab bukanlah sebuah dongeng hebat tentang Allah dan mukjizatNya, Dia adalah Allah yang nyata.

Inti dari keselamatan yang saya yakini adalah saya mendapatkan kasih karunia untuk dapat kembali kepada rancangan semula, yaitu hidup dalam hubungan persekutuan dengan Dia. Persekutuan yang tadinya sudah rusak karena dosa, dan ini fatal, karena sebenarnya Ia adalah sumber dari segala sesuatu bagi hidup kita. Jadi tanpa disadari oleh banyak orang termasuk saya sendiri di masa lalu, hidup tanpa memiliki hubungan persekutuan dengan Dia itu sebenarnya bukan hidup. Itu adalah mati! (Kej 2:17)

Mengapa demikian? Karena sejak awal kita diciptakan untuk memiliki hubungan dengan sang Pencipta, Dialah sumber, inti, pusat dari seluruh hidup kita supaya kita tahu apa yang harus kita lakukan saat hidup. Ini berarti, persekutuan pribadi dengan Tuhan memang menjadi hal yang paling penting di antara kepentingan yang lain.


Mungkin banyak dari kita yang pada awalnya tertarik menjadi Kristen karena ‘mau masuk surga’, termasuk saya! Tapi semakin mengenal Allah, semakin saya menyadari bahwa kematian Kristus itu bukan sekedar saya dapat masuk tiket ke surga. Karena arti dari surga (kerajaan Allah) itu sendiri bukan tentang keindahan yang kelihatan semata, tapi

Countdown

 
Ketika kita memperhatikan secara seksama setiap detik yang ada, kita bisa menemukan detik yang 'bagus', misalnya : 59:59  ; 58:59  ; 58:58  ; 55:55  ; 50:50  dst...

And dalam hidup ini kita juga dibatasi oleh 'waktu', bisa kita sebut tahun, tanggal, jam, dll..
Mungkin dengan perbandingan 1 hari kita, seribu tahun Tuhan (Maz 90:4), setiap hari kita bagi Tuhan udah kaya detik kali ya.
Setiap tanggalan bagus yang kita lewatin, 9.9.9; 12.12.12;  12.13.14 dst..
Manusia berusaha memakai tanggal2 cantik itu untuk momen2 penting menurut mereka, tapi apakah itu penting buat Tuhan? Karena buat Tuhan itu hanya sekedar detik yang berlalu, kebetulan saja memunculkan angka yang 'bagus. Tiba-tiba Tuhan udah Yesus udah datang ke-2 kali aja.

Gembala yang baik

Suatu hal yang menarik jika kita disebut sebagai domba, bukan binatang lain. Pasti dengan alasan.
Dalam Mazmur 25 yang ditulis oleh Daud menggambarkan bagaimana pengalaman seorang Daud yang mengalami Allah sebagai Gembala dalam hidupnya. Dan oleh Yesus kemudian diperjelas lebih detail tentang gembala seperti apakah Allah.

Yohanes 10:1-18 (ISH)
 
1 "Sungguh benar kata-Ku ini: Orang yang masuk ke dalam kandang domba lewat pagar, dan tidak melalui pintu, tetapi memanjat lewat jalan lain, orang itu pencuri dan perampok.
2  Tetapi orang yang masuk melalui pintu, dialah gembala domba.
Pintu, berbicara tentang ada tata cara yang sopan, ada tata krama, bukan memaksa. Itulah cara Yesus mengajak kita dengan lembut untuk mengetahui jalan keselamatan dan kebenaran yang membawa kepada kehidupan yang sebenarnya.


Matius 11:28
Datanglah kepada-Ku kamu semua yang lelah, dan merasakan beratnya beban; Aku akan menyegarkan kamu.  Ikutlah perintah-Ku dan belajarlah daripada-Ku. Sebab Aku ini lemah lembut dan rendah hati, maka kamu akan merasa segar.

3  Penjaga kandang membuka pintu untuk dia, dan domba-domba mengikuti suaranya pada waktu ia memanggil mereka dengan namanya masing-masing dan menuntun mereka ke luar. 
Mengikuti suaranya. Taukah anda, bahwa domba itu mengenali suara si gembala, dan hanya merespon kepada suara si gembala? Ini dia hsil testnya...



Haruskah PH itu seiman?

*PH = pasangan hidup = jodoh

Dalam masa single gue (alias saat blm punya calon PH) kalau lagi galau, sering banget mikir,
apa gue kompromi aja ya. Gue rasa standard gue ketinggian kali ya, nyari yang sesuai standard Tuhan itu susah bener (anak Tuhan, dewasa rohani), malah kayanya udah ga da, klo ada juga belum tentu buat gue.

Apalagi klo lagi bandingin dan diomongin sama kanan kiri depan belakang, "masa sih ga da pacar?"
Gue cuma bisa senyum klo ditanya tuh kalimat, padahal dalam hati kesel juga, siapa sih yg kaga mau, cuma calon sesuai yang gue tau (cinta Tuhan) belum ada.

Misa, gue sempet di deketin orang yang perawakan OK lah (ganteng), kerjaan OK, anak baek2 juga, katanya juga cuocok banget sama eke, tapi sayang bukan anak Tuhan, jadi mau jalanin juga udah gak damai sejahtera duluan. Pas klo lagi moment2 gini suka tawar2an sama Tuhan, "... ini orang buaekkk banget Dad, kalah orang kristen baeknya, masih tetep bukan dia ya orangnya?"
Pernah juga ada yang udah sama2 percaya Tuhan juga kok, entah satu agama atau beda agama 'dikit', tapi tetep Tuhan bilang bukan. Apa yang kurang Dad, doi percaya juga kok sama Daddy?

Setelah gue pernah coba jalanin, ternyata memang BENER2 GAK BISA dijalanin. Temenan aja butuh yg nyambung, apalagi ini buat teman sisa hidup, kudu yang nyambung! Jadi gue belajar untuk tidak memulai sesuatu yang sudah tau tidak akan bisa gue akhiri. Misal, beda keyakinan (agama), ujungnya kan salah satu harus ngalah, sedangkan gue sampe taun jebot gak mau ngalah karena sebagai pertanggung jawaban dari kebenarang yang udah gue tau. Dan gue juga gak bisa ngarep dia berubah menjadi pemeluk agama sama kaya gue, apalagi berubah cuma karena cinta sama gue.

Karena case ini, membuat gue jadi penasaran dan ingin mencari tau juga, apa sih dasar pemikiran dan logika dari kebenaran ttg PH yang seiman itu? Ayat doank buat gue kadang kaga cukup, perlu  penalaranya juga. Ini dia penjelasannya yang sempet gue dapetin, mudah2an bisa gue uraikan dengan cukup jelas ya.

Esensi Surga

Apa yang ada dipikiran kalian jika mendengar kata surga, apakah gambar2 pemandangan dibawah ini mendeskripsikan tentang tempat yang kita nanti-natikan setelah kehidupan di dunia ini (surga)?



Ehm, bisa jadi surga seperti ini, bahkan mungkin sangat jauh lebih indah banget. Tapi apa sebenarnya inti dari surga itu? Banyak yang mengindikasikan surga itu sebagai sebuah keindahan tiada tara, kenikmatan, kesenangan, dll. Tidak salah, tapi apakah surga hanya sebatas keindahan, kesenangan, kenikmatan, tidak ada sakit penyakit?

Apakah dunia lain itu ada?


Written for Majalah Pearl Ed 18 
‘Ihhh merinding nih gue, ada setan lewat kayanya.’
‘Katanya disana ada penunggunya loh, cewe rambut panjang bla bla…’

‘Jangan lupa bilang permisi atau numpang-numpang loh kalau lagi lewat daerah yang sepi dan anker, nanti kalau enggak bisa di gangguin’

*Jangan takut dan merinding disko ya baca contoh pernyataan-pertanyaan diatas, ini cuma contoh dan kita mau ungkap kebenarannya*



Tentunya kalian sudah tidak asing dengan pernyataan-pernyataan diatas, apalagi budaya negara kita identik dengan hal mistik. Di beberapa stasiun tv juga ada yang menayangkan acara yang sengaja menelusuri tempat-tempat tertentu untuk membuktikkan keberadaan mahkluk dan dunia lain. Biasanya dengan uji nyali atau di setiap acara mendatangkan cenayang/paranormal yang akan memberitahukan keberadaan mahkluk-mahkluk itu. Sebenarnya dunia para makhluk lain seperti kuntilanak, pocong, genderuwo, jin dan lainnya bener ada ga sih?

Orang benar itu...

Orang baik belum tentu benar, tapi orang benar pasti orang baik. Benarkah?
Memangnya apakah yang dimaksud dengan orang benar itu?
Orang yang hidup benar. Orang yang melakukan kebenaran. What else?
Tapi 'benar' bagaimana nih? Cukup orang yang melakukan apa yg benar? Itu saja...?Atau apa yang pada akhirnya bisa membuat kita tau seseorang itu benar atau tidak?
Benar bagaimana yang di katakan benar?
Bagaimana dengan mereka yang merasa/ mengaku dirinya melakukan hal yang benar?

Saya banyak melihat, sekarang kebanyakan sesoerang akan merasa melakukan hal benar ,karena apa yang dilakukan itu, dilakukan juga oleh banyak orang.


Benar karena melakukan kebenaran sesuai Alkitab, perintah Tuhan? Bagaimana dengan orang Yahudi / ahli tarurat yang dengan persis afal dan melakukan apa yang mereka percaya dan ketahui adalah sebuah kebenaran?

Jadi apa ukuranny, atau maksudnya darimanan kita mengetahui orang itu benar? Sebagai orang percaya pengikut Kristus, tentunya kita membahas menurut kebenaran Alkitab.

Woman at The Well...


WOMAN AT THE WELL, WOMAN WHO FIND TRUTH
(Yohanes 4:1-42)


Kita tentu mengetahui bahwa Alkitab bukan hanya memuat cerita tentang bagaimana Allah berperkara dengan pria, tetapi juga wanita.  Sebut saja beberapa diantaranya: Hawa sebagai wanita yang pertama kali jatuh dosa, Sara yang meragukan apa yang Tuhan mau beri, Hagar yang tetap dipelihara Allah, Rut dari bangsa Moab yang mendapat kasih karunia Allah, Ester menyelamatkan bangsa Yahudi di Babylonia dari pembantaian , Maria yang melahirkan Yesus,  sampai Maria Magdalena yang mengalami pengampunan  dan lainnya. Hidup mereka bukan hidup yang sempurna, atau yang tanpa beban ataupun masalah, tapi Allah bisa memakai mereka untuk menjadi berkat dan ada dalam penggenapan rencanaNya. Mereka bisa seperti itu menurut saya karena mereka ada dalam Tuhan dan menemukan iman dalam kebenaran untuk menjalaninya. Menemukan kebenaran merupakan sesuatu yang penting, karena hanya kebenaran yang membuat kita bisa hidup sesuai apa yang Tuhan mau.

Amsal  21:3 
Melakukan kebenaran dan keadilan lebih dikenan TUHAN daripada korban

Dan Tuhan punya cara yang berbeda-beda (personal) terhadap masing-masing kita untuk kita bisa menemukan kebenaran itu, karena Dia yang menciptakan kita tentu Dia yang paling mengetahui bagaimana membuat wanita bisa mengerti kebenaran dan mengalaminya. Mungkin salah satu cerita tentang wanita Samaria yang akan kita gali, akan menginsprasi. Karena saya pribadi menemukan banyak pembelajaran sehubungan dengan bagaimana kerinduan Allah untuk memulihkan kehidupan setiap kita lewat kebenaran.


Di suatu siang yang terik, Yesus yang sedang dalam perjalanan dari Yudea ke Galilea , memutuskan untuk beristirahat sejenak di daerah Samaria yang harus dilewatinya. Sambil menunggu murid-muridNya, Yesus memilih duduk dekat pinggir sumur karena mengalami kelelahan. Tidak lama kemudian datang seorang wanita yang hendak menimba air. 

Yesus (Y) :  “Nyonya, bisakah saya meminta air untuk minum?”  Yesus membuka percakapannya.