background

Belajar dari Pohon

written for Build July 2015 (the root and the Word)



Pertama kali diberitahu bahwa sebagai orang Kristen, harus rajin alkitab setiap hari. Jujur, timbul pertanyaan, untuk apa saya perlu membaca firman setiap hari? Bukankah menjadi orang Kristen, cukup menerima Yesus sebagai Tuhan juru selamat, rajin gereja dan aktif dalam komunitas dan pelayanan?  Cerita dalam Alkitab, nanti lama-lama juga akan tahu sendiri dengan mendengar khotbah di gereja. Hidup sudah cukup banyak kesibukan aktivitas, baca firman ya klo pas sempet aja. Lagipula baca gak baca kayanya sama aja, tetap masih bisa menjalani hari. 

Ya pada akhirnya dibaca juga memang, tapi sedikit ‘berat’... karena katanya orang Kristen harus saat teduh, ditanya pemimpin dan kesepakatan komsel. Tapi masih gak benar-benar mengerti pentingnya firman. Apalagi untuk meneliti dan merenungkan, sepertinya itu kerjaan orang yang mau jadi pendeta.  Apakah hal-hal diatas benar?

Klo memang firman itu tidak bermanfaat, untuk apa dari zaman Musa Tuhan selalu memperingatkan untuk memperkatakan, mengajarkan dan merenungkan taurat itu siang dan malam? Apa gunanya Tuhan ‘menjaga’ firmanNya sejak ribuan tahun lalu? Apa sekedar menjadi tanda kitab suci orang Kristen?

Kuasa Perjanjian

Marriage adalah sebuah perjanjian (covenant)

Dengan statement ini, buat gue pernikahan tidak gimana-gimana amat. Biasa aja. Karena sepertinya kebanyakan pernikahan ya biasa aja, lebih banyak negatif malah iya. Mau sama-sama Kristen juga bisa selingkuh, bahkan cerai. Apalagi dengan kata 'covenant', di otak gue yang kepikir awal2, kaya perjanjian kontrak job, kerjasama, rumah yang ada batas waktu akhir nya.
Katanya sih convenant (perjanjian) dan kontrak itu beda. Tapi jujur awalnya gue masih tidak bisa melihat perbedaan itu dengan jelas.

Seperti yang gue pernah ceritakan dipost panggilan menikah, gue sedikit 'takut' sama yang namanya pernikahan. Ketika menikah sepertinya cewe siap untuk disakiti, pokoknya hal-hal gak enak deh. Jadi image pernikahan buat gue, tidak semulia dan tidak seindah menurut Tuhan.

Tapi bersyukur lewat bimbingan pra nikah, gue mulai di cuci otaknya, untuk melihat pernikahan menurut Allah, sang Pencipta pernikahan itu sendiri. Dan lebih lagi Tuhan ajarin gue untuk mengerti ttg arti perjanjian lewat kejadian ini.